Gambar tema oleh Storman. Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 10 September 2016

Rukun Iman dan Penjelasannya (Lengkap)

Rukun iman - Dalam artikel kali ini, kami akan mencoba menerangkan rukun iman dalam islam. Ada berapa rukun iman, apa saja rukun iman itu, dan bagaimana penjelasan dari setiap rukun iman.

rukun iman ada 6 sebutkan

Rukun Iman dan Penjelasannya

‘Arkaanun’ bentuk jama’ dari ‘ruknun’, ‘ruknus syai’in’ berarti sisi sesuatu yang terkuat. Sedangkan yang dimaksud dengan rukun iman adalah sesuatu yang menjadi sendi terkuat tegaknya iman.
Rukun iman ada 6, yaitu:
  1. Rukun iman yang ke 1, iman kepada Allah Swt.
  2. Rukun iman yang ke 2, iman kepada para malaikat.
  3. Rukun iman yang ke 3, iman kepada kitab-kitab Allah. 
  4. Rukun iman yang ke 4, iman kepada para Rasulullah Saw.
  5. Rukun iman yang ke 5, iman kepada Hari Akhir.
  6. Rukun iman yang ke 6, iman kepada takdir Allah Swt., yang baik maupun yang buruk.
Adapun dalil tentang rukun iman tersebut adalah jawaban Rasulullah Saw. ketika malaikat Jibril bertanya kepada Rasulullah Saw. mengenai iman :

“Engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, kepada Hari Akhir dan engkau beriman kepada takdir, yang baik maupun yang buruk.”  (HR. Al-Bukhari, 1/19,20 dan Muslim, 1/37).

Makna Iman

Definisi Iman

Iman menurut makna bahasa berarti penegasan dan pengakuan yang disertai dengan sikap menerima khabar-khabar (wahyu) dan patuh kepada hukum-hukum (Islam).  Sementara iman merurut makna syara’ adalah :

“Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan perbuatan badan.”

Makna iman menurut syara’ ini merupakan pendapat jumhur (kesepakatan) ulama. Dan Imam asy-Syafi’i meriwayatka ijma’ para sahabat, tabi’in dan orang-orang sesudah mereka yang sezaman dengan beliau atas pengertian tersebut.

Penjelasan Definisi Iman

“Membenarkan dengan hati” maksudnya yakni, menerima segala sesuatu yang datangnya dari Rasulullah Saw.
“Mengikrarkan dengan lisan” maksudnya yakni, mengucapkan dengan dua kalimat syahadat, ”laa ilaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah” (Tidak ada sesembahan yang haq disembah kecuali Allah Swt. dan bahwa Muhammad Rasulullah Saw. adalah utusan Allah Swt).
“Mengamalkan dengan anggota badan”maksudnya yakni, hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan, sedang anggota badan mengamalkannya dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya.”
Maka pada akhirnya iman memiliki kesimpulan bahwa, iman adalah keyakinan dalam hati, pernyataan oleh lisan dan tindakkan anggota badan. Pekerjaan hati berupa keyakinan, ucapan lisan berupa pernyataan, sedang perbuatan hati berupa kepatuhan, kaikhlasan, ketaatan, kecintaan kepada amal shalih dan perbuatan badan dengan melaksanakan perintah agama Islam dan meninggalkan larangannya.
Sehingga iman bukan hanya sekedar perkataan dan perbuatan tanpa keyakinan sebagaimana keimanan kaum munafik, ikrar dan amal sebagaimana kaum kuffar yang tetap menolak kebenaran, bukan hanya segedar pembenaran secara hati sebagaimana keimanan kaum Mur’jiah, atau ucapan dan perbuatan yang hilang secara keseluruhan dengan dosa besar sebagaimana kaum Khawarij.

Cabang Cabang Iman

Asyu’abu adalah bentuk jama’ dari Syu’batun yang artinya segolongan dan sekelompok dari sesuatu. Sedangkan Syu’abu al-Imani adalah cabang-cabang iman yang bermacam-macam, jumlahnya banyak, karena setiap yang pokok pasti memiliki cabang dan rantingnya, sehingga cabang-cabang iman jumlahnya lebih banyak, yakni lebih dari 70 cabang.
Dalil cabang-cabang iman adalah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah Ra, ia berkata Rasulullah Saw. bersabda:

“Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih; yang paling utama adalah ucapan “la ilaha illallah” dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan (gangguan) dari tengah jalan, sedangkan rasa malu itu (juga) salah satu cabang dari iman”. (HR. Muslim, 1/63).

Hadits diatas menjelaskan bahwa iman itu bercabang-cabang dan yang paling tinggi adalah ucapan “la ilaha illaallah“, kemudian cabang-cabang iman sesudahnya secara berurutan dalam nilai dan fadhilahnya, sampai pada cabang yang paling rendah yaitu menyingkirkan gangguan di tengah jalan. Adapun cabang-cabang di antara keduanya terdapat cabang-cabang yang lain seperti cinta kepada Rasulullah Saw., cinta kepada sesama Muslim seperti cinta kepada diri sendiri, jihad, dan sebagainya.
Namun di antara cabang iman bila ditinggalkan akan membuat lenyapnya keimanan. Menurut ijma’ ulama; seperti menolak dua kalimat syahadat, namun ada sebagian cabang bila di tinggalkantidak melenyapkan keimanan, menurut ijma’ ulama; seperti tidak menyingkirkan gangguan dari jalan. Sejalan dengan konsekwensi penerapan cabang-cabang iman itu, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, maka keimanan bisa bertambah karena menerapkan cabang-cabang keimanan dan bisa berkurang karena penelantaran cabang-cabangnya.

Bertambah dan Berkurangnya Iman

Kaum salaf menjadikan amal termasuk dalam pengertian iman. Dengan demikian iman tersebut bisa bertambah dan berkurang seiring sengan bertambah dan berkurangnya amal.
Para salaf bersandar kepada berbagai dalil, di antaranya adalah:

1. Firman Allah SWT:


وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا وَلَا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ

“Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al Kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.” (QS. Al-Mudadatsir: 31).

2. Firman Allah SWT:


إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُون َ
 الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ َ أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia. “ (QS. Al-Anfal: 2-4)
3. Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah Ra, ia berkata Rasulullah Saw. bersabda:

“Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih; yang paling utama adalah ucapan “la ilaha illallah” dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan (gangguan) dari tengah jalan, sedangkan rasa malu itu (juga) salah satu cabang dari iman”. (HR. Muslim, 1/63).

Itulah artikel tentang rukun iman serta penjelasannya, semoga dari tulisan ini anda dapat mengambil manfaat serta dapat mengamalkannya.

Sumber:
Al-Quran Al-Karim
Abidin, Zaenal. (2010) Akidah Muslim. Bogor: Rumah Penerbit Al-Manar
Al-Fauzan, Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah. (2012) KITAB TAUHID 2. Penerjemah: Agus Hasan Bashori. Jakarta: Darul Haq
Sahih Bukhari - Imam Bukhari
Sahih Muslim – Imam Muslim
Utsaimin. (1424H/2005 M) Syarah Akidah Washitiyah. Kairo: Darul Akidah

0 on: "Rukun Iman dan Penjelasannya (Lengkap)"